Selasa, 08 Januari 2013

Review Buku Ada-Tiada Tiada-Ada


Data Buku:
Ø   Judul buku       : Ada-Tiada Tiada-Ada
Ø   Penulis             : Budi S. Tanuwibowo
Ø   Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ø   Tebal               : 152 halaman
Ø   ISBN               : 978-979-22-7470-7

Review:
Buku ini memberikan pencerahan dalam cinta dan kearifan. Buku ini tidak hanya menggambarkan apa yang di ketahui penulisnya  tetapi juga menggambarkan karakter, sikap, dan perilaku penulisnya sendiri. Selain itu puisi – puisi nya sangat unik namun juga pemilihan kata-katanya bagus serta bahasa-bahasa yang digunakan sederhana sehingga tidak sulit di mengerti.

Puisi-puisinya banyak mengangkat tentang  keadaan masyarakat saat ini dan keadaan-keadaan bangsa Indonesia saat ini yang masih saja terjadi perpecahan. Dibalik rangkaian-rangkaian katanya yang indah, buku ini memberikan motivasi-motivasi sebagai penyemangat hidup manusia. Puisi-puisinya mengandung banyak sekali ajakkan-ajakkan yang positif. Seperti pada salah satu puisinya yang juga menjadi judul buku ini “Ada-Tiada, Tiada-Ada”, sang penulis menggambarkan keadaan yang terjadi di negeri ini, permasalahan-permasalahan yang muncul di negeri ini, seperti korupsi, dan janji-janji yang tidak dipetati oleh para petinggi-petinggi negara, serta kecurangan-kecurangan lainnya yang ada di negeri ini.

Buku ini juga menceritakan tentang rasa nasionalisme terhadap tanah air. Seperti pada judul “Pegang Teguh Pancasila Kita”, disini menggambarkan bahwa saat ini pancasila tak lagi menjadi fondasi bangsa Indonesia. Banyak kemelencengan yang terjadi. Oleh sebab itu disini sang penulis berpesan agar kita harus selalu berpegang teguh kepada pancasila dan mengamalkan nilai-nilai pancasila. Hal ini juga tercermin dalam puisinya yang berjudul “Buah Pancasila”, yang menggambarkan pancasila hanyalah sebuah janji yang di ucapkan pada setiap upacara dan pada kenyataannya pancasila tidak diamalkan nilainya dalam kehidupan sehingga pancasila hanya sebagai arsip belaka.

Selain itu buku ini juga mengajarkan kita betapa pentingnya pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia. Lewat buku ini, penulis berpesan perlunya kita mempelajari sejarah. Hal ini di perjelas dari puisinya yang berjudul “Sejarah dan Kejujuran”. Disamping itu buku ini juga mengingatkan kita tentang sejarah atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia. Misalnya saja jaman reformasi dan tragedi Mei 1998. Dalam puisinya yang berjudul “Mei 1998”, sang penulis mendeskripsikan apa yang terjadi pada Mei 1998. Rasa trauma yang mendalam nampaknya menggambarkan keadaan saat itu.

Rasa cinta yang sangat Indah digambarkan dalam puisinya yang berjudul “Sepasang Sayap Cinta”. Dalam puisi ini menggambarkan arti dari sebuah cinta yang banyak mengandung makna. Menggambarkan perasaan sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. “Sepotong Hati yang  Hampa” juga menggambarkan suasana hati yang sepi tanpa rasa cinta di hidupnya yang kini telah hilang karena maut yang memisahkan.
           
Buku ini sangat lengkap dalam pembahasannya, dari tentang kebangsaan, percintaaan kepada seorang kekasih, rasa cinta kasih kepada orang tua, persahabatan dan penulis juga tidak lupa menyisipkan kesan religiusnya dalam puisinya. Sisi religinya pun tergambar dalam puisinya yang berjudul “Mengenang Nabi“ dan “Ku Ingat Sabda Sang Nabi”.

Buku ini mengajarjkan tentang kebijakan-kebijakan yang banyak terkandung dalam puisi-puisinya. Di zaman ketika kata dan aksi menjadi dunia yang tidak berhubungan, kita memerlukan buku ini yang dapat dijadikan contoh dan panutan.


Sang penulis menjadikan puisi ini sebagai penyampaian pesan-pesan kehidupan, kritikan atas ketidak adilan dan masalah-masalah yang ada di negeri ini. Semua cakupan makna, pesan dan potret kehidupan dalam kumpulan puisi ini terasa kental. Ia membungkusnya dengan kata-kata yang indah dan penyampaian-penyampaian yang mudah di mengerti.

Dibalik semua kelebihihannya, buku ini juga memiliki kekurangan. Salah satunnya adalah pemilihan kata yang kurang bervariasi. Banyak di temukan kata-kata yang sama dari satu puisi ke puisi yang lain, maksudnya banyak penggunaan kata yang sama dan sering dipakai di puisi-puisi sebelumnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar