Selasa, 08 Januari 2013

Review Novel Saman


Data Buku:
Ø   Judul buku      : Saman
Ø   Penulis             : Ayu Utami
Ø   Penerbit           : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Ø   Tebal               : 200 halaman
Ø   ISBN               : 978-979-9023-17-9

SINOPSIS CERITA
Kisah 4 orang sahabat yang saling terkait dengan masa lalunya. Yakni Laila, Shakuntala, Cok, dan Yasmin. Mereka berempat bersahabat sejak SD. Mereka sama-sama mempunyai obsesi yang sama terhadap laki-laki. Laila seorang gadis lugu yang jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Sihar saat pertama kali mereka berjumpa. Laki-laki tampan dan kekar tersebut telah menarik hati laila yang semula telah tertambat pada seorang pastor muda bernama Wissanggeni. Laila menjadi terlibat jauh terhadap masalah yang tengah dihadapi oleh Sihar yang menuntut keadilan kepada atasannya yang telah mnjadi penyebab utama kematian sahabatnya. Ia dan laila terlibat dalam suatu kisah cinta yang seharusnya tidak boleh terjadi. Sihar telah mempunyai seorang istri dan laila seharusnya tak sepantasnya untuk menjalin hubungan dengan laki-laki yang telah beristri tersebut.
Saman, mepunyai nama asli Athanasius Wisanggeni. Wis adalah nama panggilannya. Wis yang beragama Katolik itu, mengabdikan dirinya sebagai Pastor. Ia ingin ditugaskan untuk keagamaan di Perabumulih, daerah masa kecilnya yang menyimpan banyak misteri. Namun, ia tidak diizinkan hanya boleh berlibur saja ke sana. Wisanggeni ditugaskan sebagai Pator paroki Parid yang melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang. Sebelum sampai pada tempat tugasnya, ia menyempatkan diri ke bekas rumahnya 10 tahun silam. Setelah beberapa kali ke rumah itu, dan akrab dengan sang pemilik rumah, ia mendapat kepercayaan untuk tinggal di situ selama pemiliknya ke Jakarta untuk melahirkan.
Ketika tinggal di rumah itu, Wis kembali bisa merasakan hawa-hawa aneh seperti masa kecilnya. Ia juga bisa mendengar suara adik-adiknya serta bercakap-cakap dengan bahasa masing-masing. Tiba-tiba Wis mendengar suara gadis minta tolong dan iapun berlari ke sumber suara sampai di sebuah sumur di tengah hutan. Setelah itu Wis berteriak minta tolong pada warga sekitar. Dan setelah warga berdatangan,ternyata tak seorangpun berani masuk menolong si gadis. Wis memeranikan diri melakukan itu. Ia dan gadis itu selamat. Gadis itu bernama Upi. Ia adalah manusia yang keejiwaanya terganggu dan tidak mengerti bahasa manusia. Ketika Wis mengembalikan Upi kepada orang tuanya, baru ia ketahui bahwa Upi diasingkan oleh ibunya di rumah pemasungan yang sangat kecil, tidak lebih baik dari kandang kambing. Merasa tidak tega, dan sedikit demi sedikit muncul rasa sayang dihatinya, Wis membuatkan rumah pasung baru untuk Upi yang lebih besar dan nyaman. Tidak hanya itu yang ia lakukan. Melihat keadaan perkebunan di sana ia merasa prihatin. Ia juga takut jika mereka pindah dari situ Upi tidak akan mendapat rumah yang lebih baik dari sekarang. Kemudian dengan izin dari Uskup untuk berkarya di perkebunan, Wis membuat tempat engolahan karet sederhana untuk wilayah Lubukrantau itu dan membuat pembangkit listrik.
Suatu ketika, kerusuhan terjadi. Pembangkit listrik buatan Wis dirusak orang. Dan ternyata orang tersebut adalah orang suruhan perusahaan kelapa sawit yang ingin membeli lahan perkebunan karet. Dan hanya Wis beserta keluarga Upi sangat kokoh untuk tidak menjual lahan mereka. Para pembeli itu merasa geram, mereka mengumpulkan perempuan dan anak kecil dalam surau kemudian membakar seluruh rumah warga dan menculik Wis penjara pengasingan. Di situ Wis disiksa habis-habisan dan dipaksa mengakui apa yang tidak ia lakukan. Ia terpasa mengarang cerita untuk mengurangi penyiksaan bahwa ia adalah komunis yang hendak mengkristenkan para petani Lubukrantau, membuat Sorga di bumi dan ingin mengganti presiden. Ia terus melakukan itu sampai suatu hari, tempat penyekapannya itu terbakar. Ia merasa terjebak oleh api, namun setelah mendengar suara-suara masa kecilnya, tanpa ia ketahui caranya, ia selamat dari lahapan api itu. Ia dibawa ke rumah sakit dan emudian dirawat oleh suster-suster gereja di kediaman mereka. Ia mengaanti kartu identitasnya sampai peristiwa itu selesai di pengadilan dua tahun kemudian. Ia memilih nama Saman tanpa alasan khusus.
Dalam kehidupannya, Saman juga pernah terlibat dengan kehidupan empat orang gadis yang saling bersahabat. Shakuntala, seseorang yang membenci ayahnya. Yasmin, seseorang yang membenci guru dan Laila yang membenci laki-laki. Sementara, Cok tidak bisa menemukan apa yang harus ia benci. Kebencian Laila pada laki-laki lenyap ketika ia jatuh cinta pertama kali pada Wisanggeni yang kala itu sebagai mahasiswa seminari yang ditugaskan membimbing rekoleksi tentang kesadaran sosial di SMP mereka. Sayangnya, keluarga Minang Laila itu melihat purinya bergaul dengan calon Pastor. Dan Yasmin yang Katolik juga tidak menyetujui itu. Namun, Yasmin pula yang sering membantu pertemuan Laila dengan Wis atas dasar peersahabatan.
Semakin berjalannya waktu, semuanya tengah berubah. Laila tidak lagi mencintai Wisanggeni yang sudah mengganti nama menjadi Saman. Kali ini ia mencintai Sihar, seseorang yang sudah beristri. Laila paling kuat mempertahankan keperawanannya dibanding ketiga sahabatnya. Dia juga satu-satunya yang belum menikah.
Posisi Saman di Indonesia sudah tidak aman lagi setelah kejadian di Medan. Persahabatan itu juga yang kemudian menyelamatkan Saman. Ia dikirim ke New York oleh Yasmin dan Cok. Dari kejadian itu dan kejadian sebelum keberangkatan Saman, akhirnya mereka sering berkomunikasi lewat dunia maya. Saman sangat dekat dengan Yasmin, didukung dengan kesamaan kepercayaan mereka dan Yasmin pula orang pertama yang meninggalkan jejakanya Pastor Saman. Di akhir cerita, Yasmin berselingkuh dengan Saman.
Komentar:
Menurut saya cerita di buku ini sangat megesankan. Hal yang tidak terpikirkan akan terjadi dalam cerita ini, seperti Saman seorang pastor yang tidak percaya lagi dengan adanya Tuhan dan Ia melakukan perzinahan dengan istri orang lain. Kekurangan dari novel ini, si pengarang terlalu berani menggabarkan hubungan seks pada setiap pemain. Dan alurnya pun maju mundur yang membuat para pembaca menjadi bingung. 
referensi
http://saranghaeindonesia.wordpress.com/2012/04/11/sinopsis-novel-saman-ayu-utami/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar